Sudah saatnya berbagi tentang tips-tips meraih sukses di Tingkat Persiapan Bersama. Oke, kita mulai dengan membahas masalah matrikulasi. Pada postingan sebelumnya dengan judul "Mewaspadi Matrikulasi(Kuliah Alih Tahun ) TPB IPB", sudah dijelaskan tentang matrikulasi secara singkat. Nah, sekarang kita bahas tentang penyebab kegagalan di matrikulasi. Hal ini penting karena tidak sedikit angkatan 2010 dan sebelumnya di TPB IPB yang harus DO atau mendapat IPK TPB dibawah rata-rata. Tidak hanya itu saja, IPK TPB ini juga merupakan penentu untuk perhitungan IPK akhir nanti.
Banyak yang mengatakan bahwa kita kembali lagi ke SMA. Memang Matrikulasi ini adalah pelajaran SMA meskipun agak dalam sedikit, tapi sekali lagi bukan saatnya menyepelekan pelajaran ini. Banyak faktor yang mempengaruhi nilai matrikulasi menjadi tidak sesuai yang diharapkan, diantaranya :
1. Kebiasaan Malas Belajar
Penyakit ini memang diidap mungkin oleh semua orang. Namun setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya. Selain membahayakan, penyakit malas ini bisa menular pada yang lain. Teori Sosiologi mengatakan bahwa faktor yang paling besar pengaruhnya adalah teman sepermainan. Ini menunjukan bahwa jika kita berteman atau sekamar dengan orang malas, kita perlu mengeluarkan penangkalnya. Penangkal yang bisa dilakukan diantaranya memasang sesuatu yang bisa membuat kamu tetap semangat belajar. Sedikit cerita, saya merupakan alumni TPB yang berdiam di gedung C2 kamar 192. Teman-teman lorong saya semuanya hobi bercanda (jarang belajar) meski sebenarnya ketika ujian nilainya tidak terlalu mengecewakan. Pasti saya juga terpengaruhi akan keadaan ini. Aku punya ide untuk memasang daftar 100 impian yang hendak saya capai di dinding samping kasur saya. Dengan demikian saya bisa terus melihatnya dan menambah semangat untuk meraihnya sehingga keinginan untuk bercanda "berkurang". Selain itu saya pernah ke kamar tetangga saya dan ternyata mereka memasang foto keluarga di meja belajarnya. Mungkin masih banyak cara yang lain sesuai selera kamu.
2. Belum Bisa Beradaptasi dengan Lingkungan
Mahasiswa baru memang perlu bimbingan dalam mengenal lingkungan barunya. Hal tersebut bisa dijadikan alasan mengapa harus ada senior residence di asrama. Selain Pembinaan Akademik, ada juga pembinaan multi budaya dengan pertimbangan beragamnya mahasiswa yang masuk IPB dari sabang sampai merauke.Akibat dari belum bisa beradaptasi dengan lingkungan inilah belajar kita menjadi tidak fokus dan banyak pikiran. Ada yang kangen keluarga, pacar, kampung halaman sampai inget binatang peliharaan. Beradaptasi memang perlu waktu tapi cobalah secara perlahan memahami daerah sekeliling dan mengendalikannya. Banyak hal yang bisa dilakukan, diantaranya dengan menelpon dulu keluarga ketika kangen, membawa binatang peliharaannya ke kamar (pernah terjadi meski banyak penentangan), dan kalo kangen pacar gimana ya ? oh gini aja deh, telon dia atau sms sepuasnya atau mampir numpang masang muka di sekitar ASTRI. Hhe.
3. Terlalu Banyak Aktivitas diluar Akademik
Banyak mengikuti kegiatan baik organisasi ataupun apalah namanya juga mempengaruhi. Tapi hal itu tidak menjamin, karena kakak senior saya juga aktif berorganisasi tapi IPK TPB-nya 4, gila kan ? Nah untuk itu kita harus bisa mengukur kemampuan yang kita miliki. Jika sekiranya kita mampu, ya bisa saja toh berorganisasi juga seru dan bermanfaat loh. Memang organisasi bisa dijadikan alternatif untuk menghilangkan kejenuhan belajar, namun hati-hati juga kita bisa menjadi tidak kontrol dan melupakan belajar ketika kuliah matrikulasi. Terutama bagi mahasiswa baru yang terus-terusan dimasukin info-info open rekruitmen keanggotaan. Mahasiswa yang ingin tahu akan mencoba ini dan itu sehingga merasa berat untuk menjalaninya dikemudian hari. Sebagai contoh saya memang termasuk orang yang gemar berorganisasi meski prioritas utamanya adalah akademik. Ketika masukmatrikulasi ke IPB, saya mendapat banyak sekali penawaran keanggotaan dari mulai keagamaan sampai lembaga kemahasiswaan. Aku mempunyai pemikiran bahwa dunia dan akhirat harus seimbang sehingga saya putuskan untuk masuk menjad anggota organisasi keagamaan dan menjadi Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersana. Berbagai kegiatan saya ikuti karena tidak mau dibilang mahasiswa 3K atau kamar, kampus, kantin. Okelah sekarang aku mulai sibuk namun berusaha belajar sampai malam untuk mengantisipasi ketinggalan pelajaran. Setelah itu aku merasa perlu mengikuli grup tentang keilmiahan. Aku putuskan untuk masuk Club Ilmiah Asrama sekaligus sebagai ketua. Keputusan itu aku pertimbangkan karena di DPM saya sebagai anggota komisi, jadi mungkin tidak akan terlalu berat. Alhamdulillah IP saya tidak mengecewakan dan sesuai dengan yang aku tulis di 100 impian yang selalu aku lihat di dinding kamar.
4. Faktor Fsikologis yang Buruk
masalah fsikologis tidak banyak yang tahu. memang hal ini bisa meracuni diri sendiri jika kita terlalu berlarut-larut. Misalnya merasa menyesal masuk IPB, tidak biasa hidup di asrama, atau ancaman lain yang masuk ke pikiran mahasiswa baru. Sekali lagi jangan terlarut-larut dalam masalah itu. Sekarang tugas kita adalah belajar, belajar, dan belajar. Mulailah untuk mandiri dan menguasai kejiwaan kita. Tanamkan dalam pikiran kita yang positif-positif saja akan takdir kita. Selalu bersyukur dan berbaik sangka bahwa mungkin ini yang terbaik bagi kita. Tanamkan juga mantra pondok pesantren " MAN JADDA WAJADA" karena paman Einstein mengatakan bahwa kemampuan otak itu hanya beberapa persen dalam menentuka keberhasilan dan lebih dari 80 %-nya adalah usaha. Atau boleh juga berpikiran seperti kata Norman, "YOU CAN IF YOU THINK YOU CAN".
Okelah mungkin cukup dan mudah-mudahan bisa bersama-sama menuai kesuksesan di IPB tercinta ini.
Banyak yang mengatakan bahwa kita kembali lagi ke SMA. Memang Matrikulasi ini adalah pelajaran SMA meskipun agak dalam sedikit, tapi sekali lagi bukan saatnya menyepelekan pelajaran ini. Banyak faktor yang mempengaruhi nilai matrikulasi menjadi tidak sesuai yang diharapkan, diantaranya :
1. Kebiasaan Malas Belajar
Penyakit ini memang diidap mungkin oleh semua orang. Namun setiap orang memiliki cara tersendiri untuk mengatasinya. Selain membahayakan, penyakit malas ini bisa menular pada yang lain. Teori Sosiologi mengatakan bahwa faktor yang paling besar pengaruhnya adalah teman sepermainan. Ini menunjukan bahwa jika kita berteman atau sekamar dengan orang malas, kita perlu mengeluarkan penangkalnya. Penangkal yang bisa dilakukan diantaranya memasang sesuatu yang bisa membuat kamu tetap semangat belajar. Sedikit cerita, saya merupakan alumni TPB yang berdiam di gedung C2 kamar 192. Teman-teman lorong saya semuanya hobi bercanda (jarang belajar) meski sebenarnya ketika ujian nilainya tidak terlalu mengecewakan. Pasti saya juga terpengaruhi akan keadaan ini. Aku punya ide untuk memasang daftar 100 impian yang hendak saya capai di dinding samping kasur saya. Dengan demikian saya bisa terus melihatnya dan menambah semangat untuk meraihnya sehingga keinginan untuk bercanda "berkurang". Selain itu saya pernah ke kamar tetangga saya dan ternyata mereka memasang foto keluarga di meja belajarnya. Mungkin masih banyak cara yang lain sesuai selera kamu.
2. Belum Bisa Beradaptasi dengan Lingkungan
Mahasiswa baru memang perlu bimbingan dalam mengenal lingkungan barunya. Hal tersebut bisa dijadikan alasan mengapa harus ada senior residence di asrama. Selain Pembinaan Akademik, ada juga pembinaan multi budaya dengan pertimbangan beragamnya mahasiswa yang masuk IPB dari sabang sampai merauke.Akibat dari belum bisa beradaptasi dengan lingkungan inilah belajar kita menjadi tidak fokus dan banyak pikiran. Ada yang kangen keluarga, pacar, kampung halaman sampai inget binatang peliharaan. Beradaptasi memang perlu waktu tapi cobalah secara perlahan memahami daerah sekeliling dan mengendalikannya. Banyak hal yang bisa dilakukan, diantaranya dengan menelpon dulu keluarga ketika kangen, membawa binatang peliharaannya ke kamar (pernah terjadi meski banyak penentangan), dan kalo kangen pacar gimana ya ? oh gini aja deh, telon dia atau sms sepuasnya atau mampir numpang masang muka di sekitar ASTRI. Hhe.
3. Terlalu Banyak Aktivitas diluar Akademik
Banyak mengikuti kegiatan baik organisasi ataupun apalah namanya juga mempengaruhi. Tapi hal itu tidak menjamin, karena kakak senior saya juga aktif berorganisasi tapi IPK TPB-nya 4, gila kan ? Nah untuk itu kita harus bisa mengukur kemampuan yang kita miliki. Jika sekiranya kita mampu, ya bisa saja toh berorganisasi juga seru dan bermanfaat loh. Memang organisasi bisa dijadikan alternatif untuk menghilangkan kejenuhan belajar, namun hati-hati juga kita bisa menjadi tidak kontrol dan melupakan belajar ketika kuliah matrikulasi. Terutama bagi mahasiswa baru yang terus-terusan dimasukin info-info open rekruitmen keanggotaan. Mahasiswa yang ingin tahu akan mencoba ini dan itu sehingga merasa berat untuk menjalaninya dikemudian hari. Sebagai contoh saya memang termasuk orang yang gemar berorganisasi meski prioritas utamanya adalah akademik. Ketika masukmatrikulasi ke IPB, saya mendapat banyak sekali penawaran keanggotaan dari mulai keagamaan sampai lembaga kemahasiswaan. Aku mempunyai pemikiran bahwa dunia dan akhirat harus seimbang sehingga saya putuskan untuk masuk menjad anggota organisasi keagamaan dan menjadi Dewan Perwakilan Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersana. Berbagai kegiatan saya ikuti karena tidak mau dibilang mahasiswa 3K atau kamar, kampus, kantin. Okelah sekarang aku mulai sibuk namun berusaha belajar sampai malam untuk mengantisipasi ketinggalan pelajaran. Setelah itu aku merasa perlu mengikuli grup tentang keilmiahan. Aku putuskan untuk masuk Club Ilmiah Asrama sekaligus sebagai ketua. Keputusan itu aku pertimbangkan karena di DPM saya sebagai anggota komisi, jadi mungkin tidak akan terlalu berat. Alhamdulillah IP saya tidak mengecewakan dan sesuai dengan yang aku tulis di 100 impian yang selalu aku lihat di dinding kamar.
4. Faktor Fsikologis yang Buruk
masalah fsikologis tidak banyak yang tahu. memang hal ini bisa meracuni diri sendiri jika kita terlalu berlarut-larut. Misalnya merasa menyesal masuk IPB, tidak biasa hidup di asrama, atau ancaman lain yang masuk ke pikiran mahasiswa baru. Sekali lagi jangan terlarut-larut dalam masalah itu. Sekarang tugas kita adalah belajar, belajar, dan belajar. Mulailah untuk mandiri dan menguasai kejiwaan kita. Tanamkan dalam pikiran kita yang positif-positif saja akan takdir kita. Selalu bersyukur dan berbaik sangka bahwa mungkin ini yang terbaik bagi kita. Tanamkan juga mantra pondok pesantren " MAN JADDA WAJADA" karena paman Einstein mengatakan bahwa kemampuan otak itu hanya beberapa persen dalam menentuka keberhasilan dan lebih dari 80 %-nya adalah usaha. Atau boleh juga berpikiran seperti kata Norman, "YOU CAN IF YOU THINK YOU CAN".
Okelah mungkin cukup dan mudah-mudahan bisa bersama-sama menuai kesuksesan di IPB tercinta ini.
0 komentar:
Posting Komentar