Hari ini adalah hari kelima dari kepergian teman-teman sekamarnya,
bahkan mungkin sebagian besar teman-temannya saat itu. Dia begitu sadar
bahwa hari-hari terakhir dari bulan ramadhan inii adalah hari yang
diyakini oleh umat islam sebagai kemungkinan jatuhnya lailatul qodar. Ah
apapun itu namanya, dia tak begitu perhatian dengan itu. Katika
menjelang matahari terbit, lorongnya murni terlihat semakin gelap.
Sumber cahaya matahari yang biasanya masuk dari lorong ujung timur sudah
hilang tertutup tembok ujung lorong bagian barat. Lorong-lorong yang
biasanya menyimpan kegilaan anak-anak asrama tidak nampak lagi
dimatanya. Lampu-lampu dimatikan kecuali satu lampu saja yang dekat
dengan kamarnya. Bisa saja dia menyalakan semua lampu-lampu itu, tapi
untuk apa jika memang hanya dirinya yang ada disana. Kini asrama
benar-benar terlihat angker. Sesekali dipandanginya sound system yang
sudah tidak berfungsi disudut tangga turun ujung, pintu-pintu WC yang
selalu terbuka, sampai pada sirkulasi perairan pipa asrama yang pintunya
tidak pernah bisa tertutup. Perlahan pintu kamar itu dibukanya. Masuk
dan langsung menuju jendela kaca kamarnya. Terlintas pandangan yang
sedikit janggal dipelataran tengah-tengah asrama. Karena kamarnya berada
dilantai dua, sosok itu nampak seperti orang yang sedang duduk,
membungkuk tapi sama sekali tidak terlihat jelas. Tidak ada lagi suara
adzan dari mushola, tidak ada lagi gemuruh mahasiswa muslim yang membaca
Al-Qur’an. Seketika pandangannya Ia arahkan ketempat lain.
“Bukan,
itu bukan sesuatu yang selama ini aku takuti keberadaannya,” sahutnya
sambil memegang erat kitab kumpulan do’a miliknya. Kitab itu bersampul
hitam dan sudah terlilhat tua. Itu adalah satu-satunya hadiah yang masih
bisa menyatukan kerinduannya pada Ayah dan Ibunya. Diberikan ketika
pembaptisan pertama saat dia masih disekolah dasar. Diletakannya kitab
itu pada sebuah meja belajar dan Ia tutup jendela rapat-rapat. Setelah
selesai memanjatkan do’a, dia matikan lampu kamar kecuali satu lampu
belajar saja yang Ia balik sembilan puluh derajat mengarah jendela. Dia
tertidur lelap diantara iringan suara jangkrik dan desahan angin malam
itu.
“Sreeettt”
Lampu kamar itu
begitu terang, lima kali lebih terang dari biasanya. Dia pandang ke
sekeliling ruangan itu yang Ia yakin bahwa itu bukan kamarnya lagi.
Semuanya berbalut kain putih yang mengkilat. Dirinya melangkah dan terus
melangkah mengikuti arah lorong itu seiring dengan perjalanan penyalaan
lampu secara berurutan. Persis seperti lampu-lampu yang dikendalikan
oleh IC pewaktu NE555 yang bersatu dengan IC LM7490 sebagai pembagi
frekuensi. Rangkaian listriknya seperti berubah menjadi rangkaian
astabil multivibrator. Menyala sesuai gerbang logika yang bernilai biner
satu dan mati saat gerbang logika bernilai biner nol. Tidak ada saklar
yang dikendalikan, semuanya begitu otomatis. Waktu penyalaannya juga
teratur sesuai dengan langkahnya. “Gila, ini benar-benar gila,”
pikirnya. Setelah berbelok sembilan puluh derajat kekanan, langkah Ia
lanjutkan dan Ia tahu bahwa beberapa meter setelah itu adalah mushola
asrama. Dirinya terhenti ketika berada tepat didepan jendela-jendela
mushola yang menghembuskan angin begitu dingin. Terlihat bulan yang
menyala penuh dilangit sana. Tak ada lagi desahan angin. Tak terdengar
lagi suara jangkrik-jangkrik itu. Tiba-tiba kilatan cahaya terang muncul
dari arah bulan itu dengan kecepatan maksimum. Bahkan jika melihat
fakta, kecepatan cahaya itu melebihi kecepatan cahaya diruang hampa
menurut teori sepanjang abad manusia. Dirinya semakin bergetar dan
ketakutan. Cahaya itu masuk dan berada hanya dua meter didepannya.
Perlahan cahaya itu berubah menjadi sesosok makhluk berjubah putih.
Makhluk itu menampahkan tangan kanannya seraya berkata, “Wahai makhluk
bumi yang sedang memiliki masalah, Tuhan Yesus tidak akan turun ke bumi
untuk menolongmu,” ucapnya. Tak ada kesempatan untuk bertanya. Dalam
sekejap makhluk itu langsung hilang dari pandangannya.
“Tuhan !!”
Teriakannya
itu mengakhiri tidur lelapnya. Ini adalah mimpi aneh yang tidak hanya
sekali dialaminya. Badannya penuh dengan keringat dan sesekali melihat
kesekeliling kamarnya. Tidak ada yang berubah. Meski hatinya kini
sedikit berubah.
Ada apa sebenarnya dengan mimpi-mimpi Jhon selama ini....
Tanda-tanda apa yang dia dapatkan....
Dia terus berfikir....
....sampai pada masalah-masalah lain yang menjadi tantangan hidupnya. namun satu hal yang kurang dia sadari, pertolongan Tuhan sebenarnya selalu datang.
TO BE CONTINUED INSYAALLAH
0 komentar:
Posting Komentar