Hari Kedua Conference 8 Februari 2013
Seperti hari pertama konferensi kemarin, kami berangkat menuju
Plantra Centro Hotel pada pukul 07.00. Hari kedua ini adalah hari
spesial kami. Mengapa? Karena kami akan mempresentasikan paper kami yang
tentu dilombakan. Setelan baju formal kemeja warna putih dengan jas
warna hitam menambah rasa percaya diri kami. Pukul 07.10 kami segera
menuju Grand Ballroom untuk mengikuti acara konferensi selanjutnya.
Sebelum mendengarkan sambutan-sambutan dan Country Paper, dikumandangkan lagu kebangsaan Filipina dan pembacaan do’a. Setelah berdo’a, sesi selanjutnya adalah Welcome Address
yang disampaikan oleh Dr. Ma. Marcedes A. Joson serta di pagi yang
sejuk, Dr. Raul C. Alvarez, Jr. , Direktur Komisi Pendidikan Tinggi
Region XI- wilayah bagian Davao ,
berceramah di depan peserta konferensi. Beliau memaparkan tentang profil perkembangan dan kondisi pendidikan tinggi di Filipina. Masih banyak sarana dan prasarana yang menunjang perkuliahan harus ditingkatkan pasca gempa dan tsunami, terlebih lagi perguruan tinggi yang berada di wilayah pedalaman Filipina. Mendengar penuturan tersebut, kami merasa bersyukur bahwa kondisi perguruan tinggi di Indonesia relatif baik. Kemudian, dipaparkan juga bahwa penelitian Indonesia jauh lebih tinggi dari Filipina. Dari kondisi inilah, muncul di hati dan pikiran kami bahwa Indonesia itu dapat berjaya di kancah internasional dengan sumbangsih penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pemerintah, para akademisi dan peneliti, perusahaan, dan masyarakat. Demikian hikmah yang dapat kami ambil.
berceramah di depan peserta konferensi. Beliau memaparkan tentang profil perkembangan dan kondisi pendidikan tinggi di Filipina. Masih banyak sarana dan prasarana yang menunjang perkuliahan harus ditingkatkan pasca gempa dan tsunami, terlebih lagi perguruan tinggi yang berada di wilayah pedalaman Filipina. Mendengar penuturan tersebut, kami merasa bersyukur bahwa kondisi perguruan tinggi di Indonesia relatif baik. Kemudian, dipaparkan juga bahwa penelitian Indonesia jauh lebih tinggi dari Filipina. Dari kondisi inilah, muncul di hati dan pikiran kami bahwa Indonesia itu dapat berjaya di kancah internasional dengan sumbangsih penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pemerintah, para akademisi dan peneliti, perusahaan, dan masyarakat. Demikian hikmah yang dapat kami ambil.
Tak terasa, acara pun beralih ke sesi Country Paper. Kali ini paper yang akan dipresentasikan di podium berjudul Women’s
Role in Improving the Quality of Traditional Arts Mask Products trough
Finishing Technique which Impact on the Economic Value Improvement oleh Dr. Slamet Subiyantoro dari Universitas Sebelas Maret, Indonesia. Selain itu, dipresentasikan pula paper yang berjudul Culturally Relevant Science Education in the 21st Century Flat World : Insight from a Research Experience in Thailand, Japan, and Phillipines oleh Dr. Vicente C.Handa dari West Visayas State University, Filipina.
Sesi country paper pun usai, pukul 10.20 tiba saatnya tim
kami akan mempresentasikan paper kami di depan peserta lainnya. Kami
mendapatkan ruang presentasi di Ballroom C. Kami presentasi
dengan nomor urut dua. Selama 30 menit pun kami presentasi dan
melakukan tanya jawab dengan juri dan audiens. Ternyata para peserta
antusias dengan topik paper kami tentang bio-diesel dari limbah
biji mahkota dewa. Mereka mengagumi kami yang masih mahasiswa S1 sudah
dapat menghasilkan karya penelitian yang hebat. Setelah semua peserta
presentasi, segera diumumkan juara yang mendapatkan Bronze Prize (juara
harapan 1), Silver Prize (juara 3), Platinum Prize (juara 2) dan Diamond
Prize (Juara 1). Alhamdulillah setelah melalui diskusi para juri, kami
pun keluar sebagai juara kedua. Platinum Prize akhirnya kami dapatkan.
Kami senang karena para juara lainnya adalah orang-orang yang bergelar
lebih tinggi dari kami, mulai dari Master sampai dengan Ph.D. Tidak
sia-sia kami berusaha dan berjuang keras untuk dapat hadir di konferensi
yang bergengsi ini. Segera setelah presentasi dan mengisi perut kami
yang sudah lapar, kami pun kembali ke hotel karena acara konferensi di
hari kedua telah selesai.
Hari Ketiga Conference 9 Februari 2013
Sembilan Februari adalah hari terakhir kegiatan konferens kami. Tidak
terasa hari di Bacolod terlewatkan begitu cepat. Seperti hari-hari
sebelumnya, kami menghadiri acara konferens masih dengan semangat yang
membara. Di hari ketiga ini, sesi presentasi terakhir dimulai lebih
lambat yakni pukul 8.40 sampai dengan 12.00. Kemudian dilanjutkan acara
makan siang, plenary session dan country paper dari Universite de Quebec a Montreal, Canada, yang dibawakan oleh Michel Plaisent. Judul paper Michel Plaisent ialah Pedagogical Use the Social Media: The Student’s Point of View.
Pukul 13.30 Dr.Genero V. Japos, Presiden IAMURE dan PAIR menyampaikan
ceramah tentang masa depan penelitian di Filipina dan meningkatkan mutu
peneliti melalui konferensi yang akan datang. Selain itu, disampaikan
pula, seorang ilmuwan itu tidak perlu kaku karena anggapan masyarakat
luas terhadap watak ilmuwan maupun peneliti adalah kaku, serius,
ambisius. Seharusnya para peneliti tidak harus identik dengan
sifat-sifat tersebut. Para peneliti dapat menikmati musik dan teh dengan
santai, menghadiri pesta sekali-sekali tentu boleh. Karya-karya yang
sudah diteliti harus diterbitkan ke jurnal-jurnal ilmiah dan diterapkan
di masyarakat. Jangan sampai malah karya-karya penelitian menjadi
masalah baru bagi masyarakat luas. Gaya penyampaian beliau yang menarik
dan diselingi humor membuat kami dan peserta konferensi lainnya merasa enjoy ketika mendengarkan ceramah satu jam tersebut.
Sesi terakhir setelah ceramah dari Dr.Genero V. Japos adalah sesi yang ditunggu-tunggu oleh para peserta konferens. City Tour ke
kota Bacolod. Pukul 15.00 kami sudah siap mengelilingi kota Bacolod
dengan menggunakan Bus sekolah La Consolation College Bacolod.
Perjalanan pertama kami singgah di Museum Dizon Ramos, museum yang
berisi semua peninggalan keturunan pertama di Negros Occidental,
termasuk rumah, barang-barang unik, dan Mass Kara. Perjalanan
selanjutnya ke The Ruins. The Ruins adalah mansion atau rumah
peristirahatan yang dibangun pada awal tahun 1900-an oleh Don Mario
Ladema Lacson untuk mengenang kematian istrinya pertama, Maria Braga
Lacson, yang kecelakaan ketika sedang hamil buah cinta mereka yang
ke-11. Namun, Mansion bertemu nasib menyedihkan dalam bagian awal dari
Perang Dunia II ketika USAFFE (Amerika Serikat Angkatan Bersenjata di
Timur Jauh), maka gerilya pejuang di Filipina, membakar rumah untuk
mencegah pasukan Jepang dari menggunakannya sebagai markas mereka.
Sekarang, bangunan the Ruins berdiri kokoh dan masih menjadi bangunan
sejarah yang indah. Sehingga, banyak wisatawan domestik maupun luar
negeri yang berkunjung untuk menikmati keindahan bangunan yang berdiri
megah sebagai saksi sejarah sekaligus simbol cinta Ladema Lacson kepada
istri dan anak-anaknya. Perjalanan tour kami akhirnya selesai sampai di
sini karena jam telah menunjukkan pukul 18.00. Kami kembali ke Planta
Centro Hotel dan pulang ke Hotel. Meskipun tour singkat, kami
merasa senang karena sudah mengenal dan belajar tentang sejarah kota
Bacolod. Kami pun berpamitan kepada panitia telah memberikan pelayanan
yang terbaik selama di The City of Smiles, Bacolod Filipina.
Kami akan membawa kabar baik dan menarik selama konferens international
di kota tersebut ketika kami akan tiba di Indonesia tanggal 12 Februari
2013.